Alpet Sebelum 2021
Terjemahan Lama
1. Orang miskin yang melakukan dirinya dengan tulus hati itu terlebih baik dari pada orang yang bercabang lidah, jikalau kaya sekalipun. 2. Amarah dengan tiada budi itu tak baik, dan orang yang berjalan terlalu pantas itu lekas jatuh. 3. Apabila orang masuk ke dalam celaka oleh sebab kebodohannya sendiri, maka hatinya bersungut-sungut akan luput. 4. Bahwa kekayaan memperbanyakkan sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan oleh sahabat yang ada padanya. 5. Seorang saksi dusta tiada akan terlepas dari pada hukum dan seorang yang bernafas bohong itupun tiada akan luput. 6. Banyaklah orang yang memuji-muji akan orang bangsawan, dan masing-masing orang hendak bersahabat dengan orang yang memberikan anugerah. 7. Bahwa seorang miskin dibenci jikalau oleh saudara-saudaranya sekalipun, istimewa pula segala sahabatnya akan menjauhkan dirinya dari padanya. Maka ia mengejar akan mereka itu dengan katanya, tetapi tiada diindahkannya. 8. Barangsiapa yang membeli akal budi itu mengasihi akan jiwanya, dan orang yang membekalkan pengetahuan itu mendapat barang yang terutama. 9. Seorang saksi dusta tiada akan terlepas dari pada hukum dan seorang yang bernafas bohong itu akan binasa kelak. 10. Bahwa lezat kemuliaan tiada berpatutan dengan orang bodoh yang kaya, demikianpun tiada patut seorang hamba memerintahkan raja. 11. Adapun perhiasan orang alim ia itu panjang sabar, dan mengampuni salah ia itulah makotanya. 12. Bahwa murka raja itu seperti singa yang mengaum-aum, dan keridlaannyapun seperti embun yang turun kepada pokok muda-muda. 13. Bahwa seorang anak jahat itu seperti suatu telaga kesukaran bagi ibu bapanya dan bini yang bantahanpun seperti bocoran yang bertitik-titik selalu. 14. Rumah dan harta benda itulah pusaka orang tua-tua, tetapi seorang bini yang berakal budi itulah karunia Tuhan. 15. Bahwa malas itu mendatangkan tidur lelap, dan seorang yang lalai merasai lapar kelak. 16. Barangsiapa yang memperhatikan hukum, ia itu memeliharakan nyawanya, tetapi orang yang mengalpakan jalannya itu matilah kelak. 17. Barangsiapa yang mengasihani orang miskin, ia itu memberi pinjam kepada Tuhan, maka Tuhanpun akan membalas kebajikannya. 18. Ajarilah anakmu, maka boleh engkau lagi menaruh harap; masakan engkau menghendaki matinya. 19. Orang yang pemarah besar itu kelak merasai siksa, jikalau kiranya engkau membiarkan dia, niscaya engkau menambahi jahatnya. 20. Dengarlah akan nasihat dan terimalah akan pengajaran, supaya pada akhirnya engkau boleh menjadi orang berbudi. 21. Banyaklah niat dalam hati orang, tetapi tak dapat tiada hanya takdir Tuhan juga akan jadi. 22. Bahwa kehendak orang kecil itulah kebajikannya; maka lebih baik orang yang miskin dari pada orang kaya yang tiada menaruh hati murah. 23. Bahwa takut akan Tuhan itu mendatangkan selamat, demikianlah orang berbaring tidur dengan kenyang dan tiada ia kena barang sesuatu jahat. 24. Bahwa si pemalas itu membiarkan tangannya pada pinggan, maka tiada diangkatnya akan dia ke mulutnya pula. 25. Jikalau dipalu akan orang pengolok-olok maka orang bodoh akan bijak kelak, jikalau ditegur akan orang yang berakal, maka dinyatakannya pengetahuan kelak. 26. Orang yang memboroskan harta bapanya atau yang menghalaukan ibunya, ia itu seorang anak yang mendatangkan malu dan yang mengadakan kecelaan. 27. Hai anakku, jikalau engkau berhenti dari pada mendengar akan pengajaran, maka sesatlah engkau kelak dari pada jalan pengetahuan. 28. Seorang fasik yang bersaksi, ia itu menghinakan hukum, dan mulut orang jahat itu menelan kejahatan. 29. Bahwa hukum siksa adalah tersedia bagi orang pengolok-olok dan palupun bagi belakang orang jahil.
1. Bahwa air anggur itu laksana pengolok-olok dan minuman yang pedas itu pengusik adanya; barangsiapa yang sesat dalamnya, ia itu tiada berakal. 2. Bahwa murka raja itu seperti pengaum-aum singa, barangsiapa yang menerbitkan dia, ia itu mempermainkan nyawanya sendiri. 3. Bahwa kepujianlah bagi orang, jika berhenti dari pada perbantahan, tetapi bodohlah orang yang memasukkan dirinya kepadanya. 4. Bahwa orang pemalas tiada mau membajak sebab takut akan sejuk, maka sebab itu ia akan minta sedekah pada musim menuai, satupun tiada dapat. 5. Jikalau niat dalam hati orang bagaikan air yang dalam-dalam sekalipun, maka orang yang berakal budi itu dapat mengeluarkan dia. 6. Berapa banyak orang sekalipun, maka masing-masingnya memuji kebajikannya sendiri, tetapi seorang yang setiawan betul, siapa gerangan boleh mendapat dia? 7. Orang yang benar itu melakukan dirinya dengan tulus hatinya; berbahagialah kiranya segala anak-anaknya kemudian kelak. 8. Seorang raja yang duduk di atas kursi pengadilan itu membuangkanlah segala jahat hanya dengan matanya jua. 9. Siapa gerangan boleh berkata demikian: Aku sudah menyucikan hatiku, dan sucilah aku dari pada dosa? 10. Bahwa dua macam batu timbangan dan dua macam takaran, keduanya itu sama kebencian kepada Tuhan. 11. Jikalau budak sekalipun, maka suka ia berpura-pura dalam perbuatannya, seolah-olah semuanya betul dan benar barang yang diperbuatnya itu. 12. Telinga yang mendengar dan mata yang melihat, keduanya itu telah dijadikan oleh Tuhan. 13. Janganlah suka tidur, asal jangan engkau kepapaanlah kelak, melainkan celikkanlah matamu, supaya kenyanglah engkau dengan makanan. 14. Tak baik, tak baik! kata orang yang empunya, tetapi setelah sudah hilang, maka dipujinya dengan tiada perhinggaan. 15. Adalah emas dan beberapa banyak manikam, tetapi mulut yang berpengetahuan itu indah-indah seperti permata intan. 16. Jikalau orang telah menjadi pengaku orang dagang, maka ambillah jubahnya, gadaikanlah karena orang keluaran. 17. Kendatilah roti tipu daya itu manis rasanya, kemudian kelak mulut dipenuhi dengan batu kelikir. 18. Segala maksud disampaikan dengan bicara, maka sebab itu lakukanlah perang dengan memakai budi bicara. 19. Barangsiapa yang berjalan ke sana ke mari dengan membawa mulut, ia itu membukakan rahasia; maka sebab itu janganlah engkau berjinak-jinakan dengan orang yang tiada dapat mengatupkan mulutnya. 20. Barangsiapa yang mengutuki bapanya atau ibunya, maka suluhnya akan terpadam kelak, sehingga menjadi gelap gulita. 21. Jikalau pusaka pada mulanya disegerakan, maka pada akhirnya tiada ia itu keberkatan. 22. Janganlah katamu: Aku hendak membalas jahat! melainkan nantilah akan Tuhan, maka Iapun akan membenarkan halmu. 23. Dua macam batu timbangan menjadi suatu kebencian kepada Tuhan dan neraca penipu itu sangat jahat. 24. Bahwa segala langkah orang dari pada Tuhan juga asalnya, maka bagaimana gerangan orang dapat mengerti jalannya sendiri? 25. Bahwa menjadi jeratlah kepada orang, kalau menelan barang yang suci, dan setelah sudah bernazar kemudian bertanya pula. 26. Seorang raja yang berbudi itu menampi orang-orang yang jahat dan menjalankan jantera pengirikan dari atasnya. 27. Bahwa nyawa manusia seperti pelita Tuhan, yang menyelidik segala rahasia yang di dalam dadanya. 28. Kemurahan dan kebenaran memeliharakan raja, maka dengan kebajikan ditetapkannya takhtanya. 29. Makota orang muda itulah kuatnya, dan rambut putih menjadi kemuliaan orang tua. 30. Bilur rotan menjadi penyuci orang jahat, dan lagi palu yang masuk sampai ke dalam tulangnya.
1. Bahwa hati raja adalah dalam tangan Tuhan seperti air sungai, dialirkan-Nya barang ke mana dikehendaki-Nya. 2. Segala jalan orang tampaklah betul kepada pemandangannya sendiri, tetapi ditimbang Tuhan akan segala hati adanya. 3. Akan melakukan keadilan dan hukum itu disuka Tuhan terlebih dari pada akan korban. 4. Mata angkuh dan hati congkak dan cahaya orang jahat itu dosa adanya. 5. Bahwa hemat-hemat orang rajin menjadikan kelimpahan, tetapi orang yang gopoh-gopoh itu mengadakan hanya sedikit jua. 6. Barangsiapa yang hendak mengumpulkan harta dengan lidah penipu, ia itu seperti uap yang dikejar oleh orang yang menuju maut. 7. Kerusakan orang jahat akan makan terus ke dalamnya, sebab engganlah mereka itu akan berbuat benar. 8. Bagi orang yang menanggung berat adalah segala jalan berlekak-lekuk dan bengkang-bengkok, tetapi bagi orang yang tiada kena tanggungan, ringanlah juga segala pekerjaannya. 9. Terlebih baik duduk di penjuru sotoh rumah dari pada duduk serumah dengan bini yang bantahan. 10. Jikalau hati orang fasik menghendaki jahat, maka tiada disayangnya jikalau akan sahabatnya sekalipun. 11. Jikalau pengolok-olok disiksa, maka orang bodoh menjadi berbudi, dan jikalau orang berbudi diajarkan, maka iapun mendapat pengetahuan. 12. Bahwa orang yang benar mencamkan baik-baik hal rumah orang jahat, bila dijatuhkannya dirinya ke dalam kebinasaan. 13. Barangsiapa yang menyumbat telinganya akan tangis orang miskin, maka iapun kelak akan berteriak, tetapi tiada yang mendengar akan suaranya. 14. Dengan persembahan yang sembunyi orang memadamkan murka, dan dengan hadiah orang memperhentikan kehangatan amarah dalam dada. 15. Berbuat benar itulah kesukaan orang yang benar, tetapi itu suatu ketakutan bagi orang yang jahat adanya. 16. Orang yang melarat dari pada jalan akal budi itu kelak turun ke dalam alam barzakh. 17. Orang yang suka menjamu-jamu, ia itu menjadi miskin, dan orang yang suka akan air anggur dan minyak-minyak, ia itu tiada boleh menjadi kaya. 18. Orang fasik menjadi tebusan bagi orang yang benar, dan orang khianat bagi orang yang tulus hatinya. 19. Terlebih baik orang duduk di padang tekukur dari pada duduk serumah dengan bini yang bantahan dan pemarah. 20. Jikalau dalam rumah orang yang berbudi adalah harta benda yang indah-indah dan minyak sekalipun, maka seorang bodoh juga memboroskan dia. 21. Barangsiapa yang menuntut kebenaran dan kemurahan, ia itu kelak akan mendapat selamat dan keridlaan dan hormat. 22. Orang yang berbudi itu memanjat kota benteng orang yang gagah, serta diempaskannya ke bawah kubunya yang tiada teralahkan. 23. Barangsiapa yang memeliharakan mulutnya dan lidahnya, ia itu melepaskan dirinya dari pada beberapa kesusahan. 24. Siapa gerangan orang congkak dan sombong yang kelakuannya jemawa begitu? Ia itulah pengolok-olok namanya. 25. Bahwa keinginan orang pemalas menyebabkan matinya kelak, yaitu makin ditahaninya tangannya dari pada pekerjaan. 26. Orang gelojoh itu ingin pada sepanjang hari, tetapi orang yang benar itu suka memberi dan tiada disayangkannya hartanya. 27. Persembahan orang jahat itu suatu kebencian adanya, istimewa pula jikalau dibawanya dengan niat yang jahat. 28. Saksi dusta kelak akan binasa, apabila orang yang mendengar dia memberi kemenangan akan kebenaran. 29. Bahwa orang jahat mengeraskan mukanya, tetapi orang yang benar itu menentukan jalannya. 30. Tak adalah hikmat, tak adalah akal, tak adalah bicara akan melawan Tuhan! 31. Bahwa kuda dilengkapkan bagi perang, tetapi kemenangan itu hanya dari pada Tuhan jua.
1. Adalah pada suatu hari sedang Yesus mengajar kaum itu di dalam Bait Allah, serta memberitakan kabar kesukaan, maka datanglah kepala-kepala imam dan ahli Taurat beserta dengan orang tua-tua, 2. lalu mereka itu berkata kepada-Nya, "Katakanlah kepada kami, dengan kuasa apakah Engkau membuat segala perkara ini, atau siapakah yang memberi kuasa ini kepada-Mu?" 3. Maka Ia menjawab serta berkata kepada mereka itu, "Aku pun hendak bertanya juga satu perkara padamu; katakanlah kepada-Ku! 4. Baptisan Yahya itu, asalnya dari surgakah, atau daripada manusiakah?" 5. Maka berbicaralah mereka itu sama sendirinya, katanya, "Jikalau kita katakan: Dari surga, niscaya Ia akan berkata: Apakah sebabnya kamu tiada percaya akan dia? 6. Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, niscaya semua orang akan merajam kita"; karena sekaliannya yakin akan Yahya itu seorang nabi. 7. Maka jawab mereka itu, "Kami tiada ketahui dari mana asalnya." 8. Maka kata Yesus kepada mereka itu, "Aku pun tiada mau mengatakan kepadamu dengan kuasa apa Aku berbuat segala perkara ini." 9. Maka mulailah Ia mengatakan perumpamaan ini kepada kaum itu, "Bahwa adalah seorang yang membuka kebun anggur; kemudian disewakannya kepada beberapa orang dusun, serta pergi beberapa lamanya ke negeri yang lain. 10. Maka pada musim anggur disuruhkannya seorang hambanya kepada orang dusun itu, supaya mereka itu menyerahkan kepadanya sebahagian daripada buah kebun anggur itu. Tetapi orang dusun itu memalu dia serta mengusir pergi dengan tangan kosong. 11. Lalu disuruhkannya pula seorang hambanya yang lain; maka hamba itu pun dipalunya dan dinistakannya sambil diusirnya pergi dengan tangan kosong juga. 12. Kemudian disuruhkannya hambanya yang ketiga; tetapi hamba itu pula dilukakannya, lalu ditolakkannya ke luar. 13. Maka kata tuan kebun anggur itu: Apakah pula hendak kuperbuat lagi? Baik kusuruhkan anakku yang kukasihi; barangkali mereka itu akan menghormatkan dia. 14. Tetapi apabila orang dusun itu melihat anaknya itu, maka berbicaralah mereka itu sama sendirinya, katanya: Inilah warisnya; marilah kita membunuh dia, supaya pusakanya menjadi hak kita. 15. Lalu dicampakkannya dia ke luar kebun anggur itu dan dibunuhnya. Apakah sekarang akan diperbuat oleh tuan kebun anggur ke atas orang dusun itu? 16. Niscaya ia akan datang membunuh segala orang dusun itu, lalu menyerahkan kebun anggur itu kepada orang lain pula." Setelah didengarnya perkataan demikian, maka mereka itu pun berkatalah, "Dijauhkan Allah!" 17. Tetapi Yesus memandang mereka itu sambil berkata, "Apakah pula arti barang yang tersurat demikian: Bahwa batu yang dibuangkan oleh tukang-tukang rumah, ialah sudah menjadi batu penjuru? 18. Maka tiap-tiap orang yang jatuh di atas batu itu, ia akan remuk; tetapi orang yang ditimpa oleh batu itu, hancurlah ia kelak." 19. Pada ketika itu ahli Taurat dan kepala-kepala imam mencari jalan hendak mendatangkan tangan ke atas Yesus, tetapi mereka itu takut akan orang ramai itu; karena diketahuinya, bahwa perumpamaan ini ditujukan oleh Yesus kepada diri mereka itu sendiri. 20. Maka mereka itu pun mengintai Dia, serta menyuruhkan beberapa orang penyuluh berpura-pura seolah-olah orang tulus, hendak menangkap perkataan-Nya supaya dapat menyerahkan Dia kepada pembesar dan kuasa pemerintah. 21. Maka bertanyalah mereka itu kepada-Nya, "Hai Guru, kami tahu bahwa Tuan mengatakan dan mengajarkan dengan hati yang tulus, dan tiada membedakan di antara seorang dengan yang lain, melainkan jalan Allah itu Tuan ajarkan dengan sebenarnya. 22. Patutkah kami membayar uang upeti kepada Kaisar atau tiada?" 23. Tetapi sebab Ia mengetahui muslihat mereka itu, lalu berkata kepada mereka itu, 24. "Tunjukkanlah kepada-Ku suatu dinar. Rupa siapakah dan cap siapakah ini?" Maka sahut mereka itu, "Kaisar punya." 25. Maka kata Yesus kepada mereka itu, "Kalau begitu, bayarlah kepada Kaisar barang yang Kaisar punya, dan kepada Allah barang yang Allah punya." 26. Maka tiadalah dapat mereka itu menangkap perkataan-Nya di hadapan orang banyak; maka heranlah mereka itu akan jawab-Nya, lalu diamlah.